
Bartolomeus
adalah salah satu rasul pertama Yesus yang walaupun namanya jarang
sekali disebut namun ternyata memiliki kehidupan yang menarik. Mengapa
menarik? Karena karakteristik Bartolomeus kupandang sangat serupa dengan
diriku sendiri.
“Inilah nama-nama kedua belas rasul itu:
pertama-tama Simon, yang disebut Petrus, dan saudaranya Andreas;
Yakobus, putra Zebedeus dan saudaranya, Yohanes; Filipus dan
Bartolomeus, Tomas dan Matius, pemungut cukai; Yakobus putra Alfeus, dan
Tadeus; Simon orang Kanaan, dan Yudas Iskariot, orang yang kemudian
mengkhianati Dia” (Mat 10:2-4)
Di dalam ayat tersebut terlihat
bahwa penyebutan nama itu ada beberapa yang dibuat berpasang-pasangan.
Petrus dengan Andreas karena mereka bersaudara; Yakobus dan Yohanes anak
Zebedeus karena mereka bersaudara. Kenapa Filipus dan Bartolomeus
dipasangkan, padahal mereka tidak bersaudara? Karena Filipus adalah
orang yang mengajak Bartolomeus menjadi murid Yesus. Karena Filipus
adalah yang menunjukkan Yesus kepada Bartolomeus sehingga Bartolomeus
berpaling dari hidupnya yang dulu dan mengikut Yesus.
“Filipus
bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya, “Kami telah bertemu
dengan Dia itu yang dibicarakan oleh Musa di dalam kitab Taurat, dan
juga oleh nabi-nabi. Dia itu ialah Yesus, putra Yusuf, dari Nazaret”.
Jawab Natanael: “Dapatkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”
Filipus berkata kepadanya, “Datang dan lihatlah.”” (Yoh 1:45-46)
Bartolomeus
dan Natanael sering disebut sebagai orang yang sama karena di dalam
daftar nama para rasul di Matius dan Markus, nama Natanael tidak
tercatat; sebaliknya di kitab Yohanes terdapat nama Natanael dan nama
Bartolomeus tidak ada. Natanael yang artinya Anugerah Allah sering
ditafsir sebagai nama pertama, sementara Bartolomeus yang berarti Anak
Tolmai sering ditafsir seperti nama belakang. Hal ini sama seperti frase
“Yakobus anak Zebedeus”. Jadi Natanael Bartolomeus sama dengan
“Natanael Anak Tolmai”.
Ketika Yesus melihat Bartolomeus
(Natanael), Ia langsung berkata “Inilah seorang Israel yang sejati: di
dalam dia tidak ada kepalsuan”. Lalu Ia meneruskan “...Aku telah melihat
engkau di bawah pohon ara.” (Yoh 1:47-48)
Fase “di bawah pohon
ara” merupakan suatu idiom yang artinya bahwa Bartolomeus sering
refleksi diri dan bermeditasi mencari pemahaman akan Allah. Pohon ara
yang bertahan hidup di padang gurun pada musim apapun selalu mengundang
orang senang duduk bermeditasi di bawahnya dan telah menjadi simbol
kedamaian hidup yang dibawa Mesias.
Ketika Bartolomeus mendengar itu maka iapun mengaku: “Guru, Engkaulah Putra Allah! Engkaulah raja Israel!”
Apa sifat Bartolomeus?
1.
Ia memiliki karakteristik suka belajar dan suka merenungi hidup dan
Penciptanya. Ini yang langsung dilihat oleh Yesus ketika Ia menyatakan
“Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.”
2. Ia
berasal dari budaya kota Kana yang menganggap warganya lebih dari
kota-kota lainnya di Israel. Ini terlihat dari kata-katanya “Dapatkah
sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”
3. Ia terbuka,
jujur, tanpa kepalsuan. Karakteristik ini yang dipuji oleh Yesus
sehingga Yesus langsung menyapanya dengan kata-kata “Inilah seorang
Israel yang sejati: di dalam dia tidak ada kepalsuan”.
4.
Ia suka berdebat dan berargumentasi dan ia tidak mudah percaya. Karena
Filipus memahami karakter ini, maka iapun tidak berusaha menjelaskan
siapa Yesus akan tetapi hanya mengajak dengan sederhana dengan kata-kata
“Datang dan lihatlah.”
5. Ia mau mencoba. Walaupun ia
meragukan kata-kata Filipus, akan tetapi ia mau mencoba mendatangi dan
melihat Yesus yang diperkenalkan Filipus sebagai Ia yang disebut di
dalam Kitab Taurat dan nabi-nabi.
6. Ia setia dengan
pilihannya. Begitu ia mengenal Yesus, mengagumi Yesus, maka ia langsung
mau diajak menjadi murid Yesus sampai akhirnya menjadi martir di Armenia
dengan dikuliti hidup-hidup dan dipancung
Seorang Bartolomeus
membutuhkan seorang Filipus yang sederhana dan metodenya adalah
mempertemukan orang dengan Yesus sendiri. Filipus tidak mau susah-susah
mendebat Bartolomeus. Ia yakin bahwa Bartolomeus akan mempercayainya
ketika sudah bertemu dengan Yesus sendiri.